Ride Report – Gunung Pancar

Jam dinding telah menunjukkan pukul 05.00 WIB ketika saya membuka mata dan bangkit dari tempat tidur. Sesuai dengan janji saya kepada Farrah & Genah, hari ini kami akan berjalan-jalan ke Gunung Pancar.

Gunung Pancar

Gunung Pancar

Saya pilih Gunung Pancar karena tempat tersebut hanya berjarak kurang lebih 26 km dari rumah kami. Terletak di ketinggian dan memiliki banyak pohon pinus, membuat kawasan ini memiliki hawa yang sejuk. Rute menuju lokasi sangat mudah dan cocok untuk menjajal performa Yamaha Nmax yang masih dalam kondisi “inreyen”.

Perjalanan dimulai tepat pukul 06.00 WIB. Saya mengambil rute Jl. Baru – Indraprasta – Jungle Land – Gunung Pancar. Rute di sepanjang Jl. Baru lebih banyak flat dan aspal dengan kondisi cukup baik. Sedangkan Indraprasta – Jungle Land – Gunung Pancar mayoritas melewati jalan desa yang sempit dengan kontur naik turun, aspal bergelombang, dan banyak polisi tidur di beberapa bagian. Selanjutnya, di dalam kawasan Gunung Pancar, kondisi jalan naik turun, bercampur antara aspal bergelombang dan tanah berbatu. Dengan kondisi rute seperti ini, Nmax dapat berlari antara 20 sampai dengan 60 km per jam. Jalur datar dan tanjakan dapat dengan mudah dilalui.

Di pos masuk Gunung Pancar, kami membayar tiket Rp. 20 ribu untuk sepeda motor dengan 3 orang penumpang. Sayangnya petugas di pos tersebut tidak memberi kami tiket. Dari pos selanjutnya kami menuju ke sebuah lapangan yang terletak berdekatan dengan Camp A. Jalan ke lokasi berupa tanah berbatu dan cenderung menurun. Di sini, rem Nmax benar-benar diuji.

Setelah puas bermain di lapangan, kami melanjutkan perjalan menuju sumber air panas. Namun kami tidak masuk ke lokasi pemandian dan langsung memutuskan untuk pulang. Perjalanan pulang kami tempuh melalui Gunung Pancar – Jl. Sentul Raya – Jl. Alternatif Sentul – Jl. Raya Bogor – Jl. Baru. Kondisi rute pulang merupakan gabungan antara aspal (kondisi baik, sedang, dan buruk) dan jalan tanah berbatu.

Rute berangkat

Rute berangkat

Rute pulang

Rute pulang

Yamaha Nmax – Motorcycle of the Year 2015

Well… sebagaimana diketahui bersama, setiap tahun digelar “kompetisi” yang disebut dengan Otomotif Award. Secara sederhana, penghargaan tersebut diberikan kepada motor terbaik di tahun penilaian. Faktor yang menjadi pertimbangan adalah desain, fitur, teknologi, posisi berkendara, handling, performa, harga, dan konsumsi bensin.

Dalam penobatan motorcycle of the year 2015, salah satu motor skutik dari Yamaha yaitu Yamaha Nmax berhasil memenangkan kompetisi di kelas skutik premium. Hal inilah yang membuat saya tertarik.

Dan… perburuan pun dimulai. Pertama yang saya lakukan adalah membaca berbagai review di media online. Selanjutnya berkunjung ke dealer untuk melihat sosok Yamaha Nmax secara langsung dan melakukan test drive. Namun sayang beribu sayang, dari 3 dealer Yamaha di kota Bogor yang saya kunjungi, satu pun tidak menyediakan unit untuk test drive.

Tapi sebagaimana cinta pandangan pertama… tanpa test drive pun, hati sudah jatuh cinta. Namun untuk 100% yakin dibutuhkan waktu beberapa minggu. Akhirnya… di awal September sebuah Nmax nongkrong di carport.

yamaha nmax, nmax

Enough…!!!

Cukup sudah…!!!

Akhir-akhir ini begitu banyak peristiwa yang sangat menyedihkan dan membuat miris. Sebut saja peristiwa bentrokan di Tarakan dan Ampera (Jakarta), serta 2 tabrakan kereta di Jawa Tengah. Banyak nyawa yang melayang di peristiwa tersebut (saya menganggapnya banyak, ga tahu lagi kalau ada pihak yang menganggap jumlah tersebut sedikit).

Satu hal penting yang perlu digarisbawahi di sini adalah nyawa manusia di negeri tercinta ini tidak ada harganya. Begitu mudah sesorang kehilangan nyawanya karena hal-hal yang konyol. Bagaimana ga konyol kalau seseorang harus mati karena tawuran antar sesama dan kecelakaan yang seharusnya tidak terjadi apabila pihak2 yang terkait mematuhi Standard Operation Procedure (SOP) yang telah ditetapkan.

Sudah saatnya kita melakukan intropeksi dengan melakukan kajian terhadap diri sendiri. Ga usah kita menuntut pemerintah harus begini-begitu karena hal tersebut adalah PERCUMA dan sebuah kesia-siaan belaka. Pemerintah masih sibuk dengan kepentingannya sendiri. Elite politik sibuk dengan usaha-usaha untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan dan mempertahakankan posisinya.